TEKNIK EKSTRAKSI SILIKON
Teknik pembuatan silikon itu terbilang
sederhana. Mineral silika yang telah dimasukkan ke dalam larutan kalsium
klorida (CaCl) dipanaskan hingga suhu 850oCelsius. Atom oksigen yang
ada di dalam silika akan berubah menjadi ion oksida. Akibatnya, secara perlahan
silika akan menjadi silikon. "Ini cara terbaik dan termurah untuk membuat
silikon," kata Toshiyuki Nohira, Ketua Tim Peneliti.
Sebelumnya, teknologi pembuatan silikon
terbilang rumit. Selain memanfaatkan silika, beberapa unsur seperti seng (Zn),
besi (Fe), dan timbel (Pb) harus digunakan dalam reaksi kimiawi
pembuatannya. Proses ini baru berjalan pada suhu yang sangat tinggi (2.000o Celsius).
Temuan Laboratorium Bahan Mineral Universitas Kyoto itu menjadi alternatif
menarik kalangan industri.
Silikon dibuat dengan mereduksi kuarsa
(quartz) atau sering disebut juga dengan silika ataupun silikon dioksida dengan
kokas (C). Proses reduksi ini dilangsungkan di dalam tungku listrik pada suhu
3000 °C. Reaksi yang terjadi adalah:
SiO2(l) + 2C(s) –––→ Si(l) +
2CO2
Silikon yang diperoleh kemudian didinginkan
sehingga diperoleh padatan silikon. Namun silikon yang diperoleh dengan cara
ini belum dalam keadaan murni. Agar diperoleh silikon dalam bentuk murni
diawali dengan mereaksikan padatan silikon yang diperoleh melalui cara di atas
direaksikan dengan gas klorin (Cl2), sesuai reaksi berikut:
Si(s) +
Cl2(g) –––→ SiCl4(g)
Gas SiCl4 ini mememiliki titik
didih 58 °C. Uap yang terbentuk kemudian dilewatkan melalui sebuah tabung panas
berisi gas H2 sehingga terbentuk Si, berikut reaksinya:
SiCl4(g) + 2H2(g) –––→
Si(s) + 4HCl(g)
Padatan Si yang terbentuk berupa batangan yang
perlu dimurnikan lebih lanjut denan cara pemurnian zona (zona refining),
seperti pada gambar berikut.
Pada pemurnian zona batangan silikon tidak
murni secara perlahan dilewatkan ke bawah melalui kumparan listrik pemanas yang
terdapat pada zona lebur. Karena pemanasan maka batang silikon tidak murni akan
mengalami peleburan.
Seperti pada sifat koligatif larutan tentang
pemurnian titik lebur larutan dimana titik lebur larutan adalah lebih rendah
dibandingkan titik lebur pelarut murni. Pemurnian silikon anolog dengan hal
tersebut, silikon murni di anggap sebagai pelarut sedangkan leburan silikon
yang mengandung pengotor dianggap sebagai larutan. Berdasarkan sifat koligatif
larutan maka titik lebur silikon murni akan akan lebih tinggi dibanding titik
lebur silikon yang tidak murni (bagian yang mengandung pengotor).
Hal ini menyebabkan pengotor cenderung
mengumpul disilikon yang mengandung pengotor (bagian atas pada zona peleburan).
Selama permurnian zona berlangsung maka bagian bawah yang merupakan silikon
murni akan bertambah banyak sedangkan bagian atas semakin sedikit. Pengotor
yang ada akan terkonsentrasi pada bagian yang sedikit tersebut.
Setelah leburan mengalami pembekuan maka akan
diperoleh suatu batangan dimana salah satu ujung merupakan silikon paling murni
sedangkan silikon yang lain merupakan silikon yang dipenuhi dengan pengotor
atau bagian silikon yang paling tidak murni. Walaupun demikian terkadang bagian
yang paling murni dari silikon ada pada bagian atas sedangkan bagian yang
paling tidak murni berada pada bagian bawah. Bagian yang murni dan tidak
murni dapat dipisahkan dengan cara pemotongan.
Mineral silikon merupakan mineral terbanyak ke
dua di alam setelah gas helium. Walau terbilang banyak pengambilan atau
pemisahan Silikon murni dari mineralnya cukup sulit. Karenanya Si diekstraksi
dari senyawa oksida (silica) atau sulfidanya dengan metode reduksi. berikut
tahapan-tahapannya.
1. SiO2 dipanaskan dengan kokas (karbon) pada
suhu ± 3000oC dalam tungku pembakaran maupun tanur listrik. Pereaksi
ditambahkan dari atas tungku. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
SiO2(s) + C(s) --> Si(l) + 2CO(g)
2. Lelehan Si yang dihasilkan dikeluarkan dari
bawah tungku dan akan membentuk padatan. Si yang dihasilkan cukup murni dan
dapat digunakan antara lain untuk pembuatan paduan dengan logam lain (alloy)
Jika ingin memperoleh silicon dengan kemurnian lebih tinggi, maka dilanjutkan
ke tahap3 berikut.
3. .Silikon dipanaskan dengan gas clorida. Reaksi
yang terjadi adalah: Si(s) + 2Cl2(g) --> SiCl4(l)
4. .Lelehan SiCl4 selanjutnya dimurnikan dengan
proses distilasi
5. .SiCl4 lalu direduksi menjadi Si melalui
pemanasan dengan H2 atau Mg. reaksi yang terjadi: SiCl4 + 2H2 --> Si + 4HCl
SiCl4 + 2Mg --> Si + 2MgCl2
6. .Produk reaksi dicuci dengan air panas untuk
memperoleh Si
7. .Si dimurnikan dengan alat zone refining.
Dalam alat ini, batangan Si dilewatkan
secara perlahan melalui alat pemanas. Pada zona pemanasan, batangan Si tersebut
akan meleleh. Karena zat pengotor lebih mudah larut dalam lelehan dibanding
dalam padatan Si, maka padatan tersebut akan terkumpul di dalam lelehan Si.
Daerah lelehan yang tidak murni tersebut akan berpindah sepenjang batangan Si,
selama proses berlangsung. Ketika daerah lelehan yang tidak murni telah sampai
ke ujung, maka ujung ini akandibiarkan membentuk padatan sebelum dipotong.